Allaahumma shalli wa sallim wa barik ‘alaa Sayidina Muhammadin wa ‘alaa aali Sayidina Muhammadin wa ashaabihi wa azwajihi wa dzuriyyatihi wa ahli baitihi ajma'in.
Yaa Mawlana Yaa Sayyidi Madad al-Haqq.
Langkah pertama yang harus dilalui si murid dalam menuju jalan Allah Ta'ala yang benar ialah dengan bertaubat pada Allah dengan sebenar-benarnya taubat dari segala dosa. Jika ada hak orang lain yang ada ditangannya di masa lalu, harus mencari jalan untuk mengembalikan dengan segera pada pemilik hak tersebut, jika barang tersebut tidak ada dan belum mampu untuk dikembalikan agar dimohon dari pemiliknya untuk dihalalkan, sebab kalau orang yang masih menanggung hak orang lain sangat sulit untuk menuju ke jalan Allah Ta'ala. Syarat bertaubat ialah mengakui diri atas segala dosa-dosa yang telah lalu dengan sebenar-benarnya. Penyesalan serta berniat yang kuat tidak akan mengulanginya selama hayat dikandung badan.
Orang yang taubat dari dosa, sedang ia terus melakukan dosa ataupun bercita-cita untuk melakukan lagi maka taubatnya itu sia-sia, namanya bukan taubat yang benar (Taubatan nashuha).
Seorang murid yang menuju ke jalan Allah Ta'ala harus senantiasa merasakan dirinya lemah, dan lalai dalam menunaikan hak-hak Allah yang wajib atas dirinya. Apabila ia merasa kesal dan lalai dan hatinya pun remuk redam mengenang dirinya yang malang, maka ketahuilah ketika itu Allah berada dan bersama-sama dengannya sesuai dengan Firman-Nya dalam hadits Qudsi :
" Aku senantiasa berada bersama-sama orang yang terpatah-patah hatinya karena Aku, " (Hadits Qudsi)
Seorang murid harus memelihara diri dari dosa-dosa kecil, apalagi dari dosa-dosa besar. Dan hendaklah ia menjauhinya minuman yang diharamkan, hendaklah takut dan gemetar apabila melakukan dosa, laksana racun yang mematikan dirinya. Sebab dosa dan maksiat itu akan me-matikan hati. Sebagaimana racun yang membinasakan badan. Padahal hati seorang mukmin itu lebih mulia dan lebih berharga dari pada jasmani. Bahkan modal utama seorang murid untuk memelihara dan menjaga hatinya, sedangkan badan senantiasa menghadapi berbagai bencana dan laksana ia akan binasa direnggut maut, dan kepergiannya berarti meninggal dunia (mati) yang penuh pancaroba dan malapetaka, dan sama sekali tidak dapat menjamin kebahagiaan yang kekal.
Adapun hati, jika ia binasa maka akan binasalah bersama akhiratnya, yang menyebabkan seorang tidak dapat selamat dari kemurkaan dan siksaanNya. Hanya seorang yang menuju Allah dengan hati yang bersih dan suci saja, yang akan memperoleh keridhaan Allah Ta'ala, dan yang mendapat balasan pahala (surgaNya).
Wallahu ‘alam bish showab, wal ‘afu minkum,
Wassalamu a’laikum warrahmahtullahi wabarakatuh
Wa min Allah at taufiq hidayah wal inayah, wa bi hurmati Habib wa bi hurmati fatihah!!
Komentar
Posting Komentar