MAKNA SULUK/TAREKAT DAN WUSHUL/MARIFAT DALAM ISLAM Oleh : M. Ilham Hidayatullah A. PENDAHULUAN Dalam dunia modern seperti saat sekarang ini tidak sedikit kita temukan orang-orang yang sters dengan keadaan dan segala tuntutan hidup mereka masing-masing. Namun, adapula sebagian di antara masyarakat modern saat ini yang mulai haus akan ketenangan dan keteduhan bathindengan memasuki dunia sufi atau tasawuf. Bagi seorang sufi yang menggeluti dunia tasawuf pastinya mengetahui dengan jelas tentang “suluk” suluk adalah jalan, yaitu jalan unuk lebih dekat dengan Allah swt dan akan sampai nantinya “wushul” yaitu orang yang samapi mengenal/tahu kepada Allahmaksudnya mengenal/merasakan bukan karena riwayat atau mendengar dari cerita orang, namun karena menjalani dan menumukan sendiri. Bedasarkan uraian di atas pemakalah menyajikan beberapa rumusan masalah yaitu : pertama , apa yang di maksud dengan suluk dalam islam ?, kedua , apa yang di maksud dengan wushul/marifat dalam islam ?.
A’uudzu billaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillahir rahmaanir rahiim. Alhamdulillahi robbil ‘alaamin
Allaahumma shalli wa sallim wa barik ‘alaa Sayidina Muhammadin wa ‘alaa aali Sayidina Muhammadin wa ashaabihi wa azwajihi wa dzuriyyatihi wa ahli baitihi ajma'in.
Yaa Mawlana Yaa Sayyidi Madad al-Haqq.
[Risalatul Murid, Sayyid Al-Imam Abdullah Al-Hadad.ra]
Sekilas Biografi Al-Imam Abdullah Al-Hadad (Shohibur Ratib)
Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
amma ba'du,
Imam
Al-Allamah Al-Habib Abdullah bin Alwy Al-Hadad, lahir hari Rabu, Malam
Kamis tanggal 5 Bulan Syafar 1044 H di Desa Sabir di Kota Tarim,
wilayah Hadhramaut, Negeri Yaman.
Nasab
Beliau
adalah seorang Imam Al-Allamah Al-Habib Abdullah bin Alwy Al-Hadad bin
Muhammad bin Ahmad bin Abdullah bin Muhammad bin Alwy bin Ahmad bin Abu
Bakar Al –Thawil bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad Al-Faqih
bin Abdurrahman bin Alwy bin Muhammad Shôhib Mirbath bin Ali Khôli’
Qosam bin Alwi bin Muhammad Shôhib Shouma’ah bin Alwi bin Ubaidillah
bin Al-Muhâjir Ilallôh Ahmad
bin Isa bin Muhammad An-Naqîb bin Ali Al-Uraidhi bin Imam Jakfar
Ash-Shodiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Imam As-Sibth
Al-Husein bin Al-Imam Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib suami Az-Zahra
Fathimah Al-Batul binti Rasulullah Muhammad SAW.
Orangtuanya
Sayyid Alwy bin Muhammad
Al-Haddad, Ayah Syaikh Abdullah Al-Haddad dikenal sebagai seorang yang
saleh. Lahir dan tumbuh di kota Tarim, Sayyid Alwy, sejak kecil berada
di bawah suhan ibunya Syarifah Salwa, yang dikenal sebagai wanita ahli
ma’rifah dan wilayah. Bahkan Al-Habib Abdullah bin Alwy
Al-Haddad sendiri banyak meriwayatkan kekeramatannya. Kakek Al-Haddad
dari sisi ibunya ialah Syaikh Umar bin Ahmad Al-Manfar Ba Alawy yang
termasuk ulama yang mencapai derajat ma’rifah sempurna. Suatu hari
Sayyid Alwy bin Muhammad Al-Haddad mendatangi rumah Al-Arif Billah
Syaikh Ahmad bin Muhammad Al-Habsy, pada waktu itu ia belum berkeluarga,
lalu ia meminta Syaikh Ahmad Al-Habsy mendoakannya, lalu Syaikh Ahmad
berkata kepadanya, ”Anakmu adalah anakku, di antara mereka ada
keberkahan”. Kemudian ia menikah dengan cucu Syaikh Ahmad Al-Habsy,
Salma binti Idrus bin Ahmad bin Muhammad Al-Habsy. Al-Habib Idrus adalah
saudara dari Al-Habib Husein bin Ahmad bin Muhammad Al-Habsy. Yang mana
Al-Habib Husein ini adalah kakek dari Al-Arifbillah Al-Habib Ali bin
Muhammad bin Husein bin Ahmad bin Muhammad Al-Habsy (Mu’alif Simtud
Durror). Maka lahirlah dari pernikahan itu Al-Habib Abdullah bin Alwy
Al-Haddad. Ketika Syaikh Al-Hadad lahir ayahnya berujar, “Aku sebelumnya
tidak mengerti makna tersirat yang ducapkan Syaikh Ahmad Al-Habsy
terdahulu, setelah lahirnya Abdullah, aku baru mengerti, aku melihat
pada dirinya tanda-tanda sinar Al-wilayah (kewalian)”.
Masa Kecil
Dari
semenjak kecil begitu banyak perhatian yang beliau dapatkan dari Allah.
Allah menjaga pandangan beliau dari segala apa yang diharamkan.
Penglihatan lahiriah Beliau diambil oleh Allah dan diganti oleh
penglihatan batin yang jauh yang lebih kuat dan berharga. Yang mana hal
itu merupakan salah satu pendorong beliau lebih giat dan tekun dalam
mencari cahaya Allah menuntut ilmu agama. Pada umur 4 tahun, beliau
terkena penyakit cacar sehingga menyebabkannya buta. Cacat yang beliau
derita telah membawa hikmah, beliau tidak bermain sebagaimana anak kecil
sebayanya, beliau habiskan waktunya dengan menghapal Al-Quran,
mujahaddah al-nafs (beribadah dengan tekun melawan hawa nafsu) dan
mencari ilmu. Sungguh sangat mengherankan seakan-akan anak kecil ini
tahu bahwa ia tidak dilahirkan untuk yang lain, tetapi untuk mengabdi
kepada Allah SWT.
Guru-gurunya
Hampir
seluruh waktunya, beliau gunakan untuk bersimpuh berkhidmah di kaki
para ulama besar pada masa itu. Beberapa diantara guru besar beliau
adalah
1. Al-Quthb
Anfas Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Aththas bin Aqil bin Salim bin
Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman Asseqaff,
2. Al-Allamah
Al-Habib Aqil bin Abdurrahman bin Muhammad bin Ali bin Aqil bin Syaikh
Ahmad bin Abu Bakar bin Syaikh bin Abdurrahman Asseqaff,
3. Al-Allamah Al-Habib Abdurrahman bin Syekh Maula Aidid Ba’Alawy,
4. Al-Allamah Al-Habib Sahl bin Ahmad Bahasan Al-Hudaily Ba’Alawy
5. Al-Mukarramah Al-Habib Muhammad bin Alwy bin Abu Bakar bin Ahmad bin Abu Bakar bin Abdurrahman Asseqaff
6. Syaikh Al-Habib Abu Bakar bin Imam Abdurrahman bin Ali bin Abu Bakar bin Syaikh Abdurrahman Asseqaff
7. Sayyid Syaikhan bin Imam Husein bin Syaikh Abu Bakar bin Salim
8. Al-Habib Syihabuddin Ahmad bin Syaikh Nashir bin Ahmad bin Syaikh Abu Bakar bin Salim
9. Sayyidi
Syaikh Al-Habib Jamaluddin Muhammad bin Abdurrahman bin Muhammad bin
Syaikh Al-Arif Billah Ahmad bin Quthbil Aqthab Husein bin Syaikh
Al-Quthb Al-Rabbani Abu Bakar bin Abdullah Al-Idrus
10. Syaikh Al-Faqih Al-Sufi Abdullah bin Ahmad Ba Alawy Al-Asqo
11. Sayyidi Syaikh Al-Imam Ahmad bin Muhammad Al-Qusyasyi
Para guru Al-Habib Al-Haddad sebenarnya sangat banyak, para guru yang tertera di atas itu menurut syarah bait-bait diwan Al-Habib Abdullah Al-Haddad sebagaimana yang termaktub dalam Kitab Syarah Al-‘Ainiyyah.
Sanad keilmuan beliau.ra banyak, diantaranya sebagai berikut :
1. Sayyidil Al-Habib Imam Al-Quthb Quthb Da’watul Irsyad Abdullah bin Alwy Al-Hadad, dari gurunya;
2. Sayyidil Al-Habib Imam Muhammad bin Aqil bin Ahmad bin Syihab, dari ayahnya;
3. Sayyidil Al-Habib Imam Aqil bin Amad bin Syihab, dari ayahnya;
4. Sayyidil Al-Habib Imam Ahmad Syihabuddin, dari gurunya;
5. Sayyidil Al-Habib Imam Abdurrahman, dari gurunya;
6. Sayyidil Al-Habib Imam Ahmad, dari gurunya;
7. Sayyidil Al-Habib Imam Al-Quthb Ali bin Abu Bakar Sakran,dari gurunya;
8. Sayyidil Al-Habib Imam Al-Quthb Aqthab wal Ghauts Abdullah bin Abu Bakar Al-Idrus, dari gurunya;
9. Sayyidil Al-Habib Imam Al-Quthb Aqthab wal Ghauts Abdurrahman bin Muhammad As-Seqaf, dari ayahnya;
10. Sayyidil Al-Habib Imam Al-Quthb Aqthab Muhammad Mauladdawilleh, dari ayahnya;
11. Sayyidil Al-Habib Imam Al-Quthb Ali bin Alwy Maula Darak,dari ayahnya;
12. Sayyidil Al-Habib Imam Al-Quthb Aqthab wal Ghauts Alwy Al-Ghayur, dari ayahnya;
13. Sayidina Ustadz Al-‘Azhom Sulthanul ‘Auliya wal Ulama wal Arifin Al-Quthbil Aqthab wal Quthbil Ghauts Jami’ Al-Faqih Al-Muqaddam Al-Imam Muhammad bin Ali Ba’Alawy Al-Huseini Al-Hasani Alawiyyin Al-Fathimiy Al-Muhammadiy Al-Hasyimy ash-Shiddiq, dari ayahnya;
14. Sayidina Al-Imam Ali, dari ayahnya;
15. Sayidina al-Imam Muhammad shahib Marbath, dari ayahnya;
16. Sayidina al-Imam Ali Kholi’ Qosam, dari ayahnya;
17. Sayidina al-Imam Alwy, dari ayahnya;
18. Sayidina al-Imam Muhammad, dari ayahnya;
19. Sayidina al-Imam Alwy Ba’Alawy, dari ayahnya;
20. Sayidina al-Imam Ubaidillah, dari ayahnya;
21. Sayidina al-Imam Ahmad Al-Muhajir, dari ayahnya;
22. Sayidina al-Imam Isa an-Naqib, dari ayahnya;
23. Sayidina al-Imam Muhammad an-Naqib, dari ayahnya;
24. Sayidina al-Imam Ali al-Uraidhi, dari ayahnya;
25. Sayidina Sulthanul ‘Auliya wal ‘Ulama al-Imam Ja’far Shadiq,dari ayahnya;
26. Sayidina al-Imam Muhammad Al-Baqir, dari ayahnya;
27. Sayidina al-Imam Ali Zainal Abiddin, dari ayahnya;
28. Sayidina al-Imam Husein As-Sibth, dari ayahnya;
29. Sayidina Amirul Mu’minin al-Imam Ali bin Abi Thalib ibin Sayidatuna Fathimah Az-Zahrah al-Batul, dari ayahnya;
30. Sayidina Mursalin wal Khatamin Nabiyyin al-Musthafa Muhammad SAW.
Tempat Tasbih Imam Haddad
Dakwahnya
Berkat
ketekunan dan akhlakul karimah yang beliau miliki pada saat usia yang
sangat dini, beliau dinobatkan oleh Allah dan guru-guru beliau sebagai
da’i, yang menjadikan nama beliau harum di seluruh penjuru wilayah
Hadhramaut dan mengundang datangnya para murid yang berminat besar dalam
mencari ilmu. Mereka ini tidak datang hanya dari Hadhramaut tetapi juga
datang dari luar Hadhramaut. Mereka datang dengan tujuan menimba ilmu,
mendengar nasihat dan wejangan serta tabarukan (mencari berkah), memohon
doa dari Al-Habib Abdullah Al-Haddad. Di antara murid-murid senior
Al-Habib Abdullah Al-Haddad adalah putranya, Al-Habib Hasan bin Abdullah
bin Alwy Al-Haddad, Al-Habib Ahmad bin Zein bin Alwy bin Ahmad bin
Muhammad Al-Habsy, Al-Habib Ahmad bin Abdullah Ba-Faqih, Al-Habib
Abdurrahman bin Abdullah Bilfaqih, dll.
Selain mengkader pakar-pakar ilmu agama, mencetak generasi
unggulan yang diharapkan mampu melanjutkan perjuangan kakek beliau,
Rasullullah SAW, beliau juga aktif merangkum dan menyusun buku-buku
nasihat dan wejangan baik dalam bentuk kitab, koresponden
(surat-menyurat) atau dalam bentuk syair sehingga banyak buku-buku
beliau yang terbit dan dicetak, dipelajari dan diajarkan, dibaca dan
dialihbahasakan, sehingga ilmu beliau benar-benar ilmu yang bermanfaat.
Tidak lupa beliau juga menyusun wirid-wirid yang dipergunakan untuk
mendekatkan diri kepada Allah dan bermanfaat untuk agama, dunia dan
akhirat, salah satunya yang agung dan terkenal adalah Ratib ini. Ratib
ini disusun oleh beliau dimalam Lailatul Qadar tahun 1071 H
Beliau
wafat hari Senin, malam Selasa, tanggal 7 Dhul-Qa’dah 1132 H, dalam
usia 98 tahun. Beliau disemayamkan di pemakaman Zambal, di Kota Tarim,
Hadhramaut, Yaman. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada beliau
juga kita yang ditinggalkannya.
Tempat Khalwat Imam Haddad
Tentang Al-Habib Abdullah Al-Haddad
Al-Arifbillah Quthbil Anfas Al-Imam Habib Umar bin Abdurrahman Al-Athas ra.
mengatakan, “Al-Habib Abdullah Al-Haddad ibarat pakaian yang dilipat
dan baru dibuka di zaman ini, sebab beliau termasuk orang terdahulu,
hanya saja ditunda kehidupan beliau demi kebahagiaan umat di zaman ini
(abad 12 H)”.
Al-Imam Arifbillah Al-Habib Ali bin Abdullah Al-Idrus ra. mengatakan, “Sayyid Abdullah bin Alwy Al-Haddad adalah Sultan seluruh golongan Ba Alawy”.
Al-Imam Arifbillah Muhammad bin Abdurrahman Madehejra.
mengatakan, “Mutiara ucapan Al-Habib Abdullah Al-Haddad merupakan obat
bagi mereka yang mempunyai hati cemerlang sebab mutiara beliau segar dan
baru, langsung dari Allah SWT. Di zaman sekarang ini kamu jangan
tertipu dengan siapapun, walaupun kamu sudah melihat dia sudah
memperlihatkan banyak melakukan amal ibadah dan menampakkan karomah,
sesungguhnya orang zaman sekarang tidak mampu berbuat apa-apa jika
mereka tidak berhubungan (kontak hati) dengan Al-Habib Abdullah
Al-Haddad sebab Allah SWT telah menghibahkan kepada beliau banyak hal
yang tidak mungkin dapat diukur.”
Al-Imam Abdullah bin Ahmad Bafaqih ra.
mengatakan, “Sejak kecil Al-Habib Abdullah Al-Haddad bila matahari
mulai menyising, mencari beberapa mesjid yang ada di kota Tarim untuk
sholat sunnah 100 hingga 200 rakaat kemudian berdoa dan sering membaca
Yasin sambil menangis. Al-Habib Abdullah Al-Haddad telah mendapat
anugrah (fath) dari Allah sejak masa kecilnya”.
Sayyid Syaikh Al-Imam Khair Al-Diin Al-Dzarkali ra. menyebut Al-Habib Abdullah Al-Haddad sebagai fadhillun min ahli Tarim (orang utama dari Kota Tarim).
Al-Habib Muhammad bin Zein bin Smith ra.
berkata, “Masa kecil Al-Habib Abdullah Al-Haddad adalah masa kecil yang
unik. Uniknya semasa kecil beliau sudah mampu mendiskusikan
masalah-masalah sufistik yang sulit seperti mengaji dan mengkaji
pemikiran Syaikh Ibnu Al-Faridh, Ibnu Araby, Ibnu Athoilah dan
kitab-kitab Al-Ghadzali. Beliau tumbuh dari fitrah yang asli dan
sempurna dalam kemanusiaannya, wataknya dan kepribadiannya”.
Al-Habib Hasan bin Alwy bin Awudh Bahsin ra. mengatakan, “Bahwa Allah telah mengumpulkan pada diri Al-Habib Al-Haddad syarat-syarat Al-Quthbaniyyah.”
Al-Habib Abu Bakar bin Said Al-Jufri ra. berkata tentang majelis Al-Habib Abdullah Al-Haddad sebagai majelis ilmu tanpa belajar (ilmun billa ta’alum)
dan merupakan kebaikan secara menyeluruh. Dalam kesempatan yang lain
beliau mengatakan, “Aku telah berkumpul dengan lebih dari 40 Waliyullah,
tetapi aku tidak pernah menyaksikan yang seperti Al-Habib Abdullah
Al-Haddad dan tidak ada pula yang mengunggulinya, beliau adalah Nafs Rahmani, bahwa Al-Habib Abdullah Al-Haddad adalah asal dan tiada segala sesuatu kecuali dari dirinya.”
Seorang guru Masjidil Haram dan Nabawi, Syaikh Syihab Ahmad al-Tanbakati ra. berkata, “Aku dulu sangat ber-ta’alluq(bergantung)
kepada Sayyidi Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani.qs Kadang-kadang dia
tampak di hadapan mataku. Akan tetapi setelah aku ber-intima’ (condong)
kepada Al-Habib Abdullah Al-Haddad, maka aku tidak lagi melihatnya.
Kejadian ini aku sampaikan kepada Al-Habib Abdullah Al-Haddad. Beliau
berkata,’Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani di sisi kami bagaikan ayah. Bila
yang satu ghaib(tidak terlihat), maka akan diganti dengan yang lainnya.
Allah lebih mengetahui.’ Maka semenjak itu aku ber-ta’alluq kepadanya.”
Al-Habib Ahmad bin Zain Al-Habsyi ra.
seorang murid Al-Habib Abdullah Al-Haddad yang mendapat mandat besar
dari beliau, menyatakan kekagumannya terhadap gurunya dengan mengatakan,
”Seandainya aku dan tuanku Al-Habib Abdullah Al-Haddad ziarah ke makam,
kemudian beliau mengatakan kepada orang-orang yang mati untuk bangkit
dari kuburnya, pasti mereka akan bangkit sebagai orang-orang hidup
dengan izin Allah. Karena aku menyaksikan sendiri bagaimana dia setiap
hari telah mampu menghidupkan orang-orang yang bodoh dan lupa dengan
cahaya ilmu dan nasihat. Beliau adalah lauatan ilmu pengetahuan yang
tiada bertepi, yang sampai pada tingkatanMujtahid dalam ilmu-ilmu Islam, Iman dan Ihsan. Beliau adalah mujaddidpada ilmu-ilmu tersebut bagi penghuni zaman ini. ”
Syaikh Abdurrahman Al-Baiti ra.
pernah berziarah bersama Al-Habib Abdullah Al-Haddad ke makam Sayidina
Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Ali Ba’Alawy, dalam hatinya terbetik
sebuah pertanyaan ketika sedang berziarah, “Bila dalam sebuah majelis
zikir para sufi hadir Al-Faqih Al-Muqaddam, Syaikh Abdurrahman Asseqaff,
Syaikh Umar al-Mukhdor, Syaikh Abdullah Al-Idrus, Syaikh Abdul Qadir
Al-Jailani, dan yang semisal setara dengan mereka, mana diantara mereka
yang akan berada dibaris depan? Pada waktu itu guruku, Al-Habib Abdullah
Al-Haddad, menyingkap apa yang ada dibenakku, kemudian dia mengatakan,
‘Saya adalah jalan keluar bagi mereka, dan tiada seseorang yang bisa
masuk kepada mereka kecuali melaluiku.’ Setelah itu aku memahami bahwa
beliau Al-Habib Abdullah Al-Haddad, adalah dari abad 2 H, yang
diakhirkan kemunculannya oleh Allah SWT pada abad ini sebagai rahmat
bagi penghuninya.”
Al-Habib Ahmad bin Umar bin Semith ra. mengatakan, “Bahwa Allah memudahkan bagi pembaca karya-karya Al-Habib Abdullah Al-Haddad untuk mendapat pemahaman (futuh),
dan berkah membaca karyanya Allah memudahkan segala urusannya agama,
dunia dan akhirat, serta akan diberi ‘Afiat (kesejahteraan) yang
sempurna dan besar kepadanya.”
Al-Habib Thahir bin Umar Al-Hadad ra.
mengatakan, “Semoga Allah mencurahkan kebahagiaan dan kelapangan, serta
rezeki yang halal, banyak dan memudahkannya, bagi mereka yang hendak
membaca karya-karya Al-Quthb Aqthab wal Ghauts Al-Habib Abdullah bin
Alwy Al-Haddad ra.”
Al-Habib Umar bin Zain bin Semith ra.
mengatakan bahwa seseorang bahwa seseorang yang hidup sezaman dengan
Al-Habib Abdullah Al-Haddad ra., bermukim di Mekkah, sehari setelah
Al-Habib Abdullah Al-Haddad wafat, ia memberitahukan kepada sejumlah
orang bahwa semalam beliau ra. sudah wafat. Ketika ditanya darimana ia
mengetahuinya, ia menjawab, “Tiap hari, siang dan malam, saya melihat
beliau selalu datang bertawaf mengitari Ka’bah (padahal beliau berada di
Tarim, Hadhramaut). Hari ini saya tidak melihatnya lagi, karena itulah
saya mengetahui bahwa beliau sudah wafat.”
Mihrab Imam Haddad
Mutiara Wasiat Al-Habib Abdullah bin Alwy Al-Hadad ra.
Wallahu ‘alam bish showab, wal ‘afu minkum,
Wassalamu a’laikum warrahmahtullahi wabarakatuh
Wa min Allah at taufiq hidayah wal inayah, wa bi hurmati Habib wa bi hurmati fatihah!!
|
Komentar
Posting Komentar